MI MIFTAHUL ULUM KARANGWOTAN

Dewan asatidz dan asatidzah bersama para siswa wisudawan dan wisudawati tahun 2011/2012.

MI MIFTAHUL ULUM KARANGWOTAN

Siswa - siswi Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum saat foto bersama dewan pengurus Yayasan Miftahul Ulum

MI MIFTAHUL ULUM KARANGWOTAN

Kegiatan Ekstra Kurikuler Rebana Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum Karangwotan saat tampil dalam acara perpisahan.

MI MIFTAHUL ULUM KARANGWOTAN

Tausiyah K.H. Afandi, S,Ag saat perpisahan dan akhirussanah MI Miftahul Ulum Karangwotan

MI MIFTAHUL ULUM KARANGWOTAN

Siswa - Siswi MI Miftahul Ulum saat melaksanakan sholat berjama'ah di masjid..

Selasa, 25 Desember 2012

Para Siswa saat latihan Pecak Silat

Pencak Silat 

salah satu kegiatan ektra yang ada di lembaga pandidikan kami adalah ekstra pencak silat. ekstra ini disamping sebagai seni juga ditujukan untuk perlindungan diri dari hal - hal yang tidak diinginkan. ekstra ini dilaksanakan satu kali dalam seminggu.

Jumat, 10 Agustus 2012

Membangun Karakter Sejak Pendidikan Anak Usia Dini

Kawan, jika saya ditanya kapan sih waktu yang tepat untuk menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang? Maka, jawabnya adalah saat masih usia dini. Benarkah? Baiklah akan saya bagikan sebuah fakta yang telah banyak diteliti oleh para peneliti dunia. Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya. Nah, oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Kita sebagai orang tua kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan dibawanya sampai ia dewasa. Ketika dewasa karakter semacam itu akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara ia minder atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu karena ia tidak mau mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan. Anda setuju kan? Banyak yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jenius otak kita. Semakin kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas berturut-turut, maka semakin sukseslah kita. Benarkah demikian? Eit tunggu dulu! Saya sendiri kurang setuju dengan anggapan tersebut. Fakta membuktikan, banyak orang sukses justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di sekolahnya, mereka tidak mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas di sekolahnya. Mengapa demikian? Karena sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak kita saja. Namun kesuksesan ternyata lebih dominan ditentukan oleh kecakapan membangung hubungan emosional kita dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan adalah hubungan spiritual kita dengan Tuhan Yang Maha Esa. Tahukah anda bahwa kecakapan membangun hubungan dengan tiga pilar (diri sendiri, sosial, dan Tuhan) tersebut merupakan karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses. Dan, saya beritahukan pada anda bahwa karakter tidak sepenuhnya bawaan sejak lahir. Karakter semacam itu bisa dibentuk. Wow, Benarkah? Saya katakan Benar! Dan pada saat anak berusia dini-lah terbentuk karakter-karakter itu. Seperti yang kita bahas tadi, bahwa usia dini adalah masa perkembangan karakter fisik, mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia dini inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses. Lalu, bagaimana cara membangun karakter anak sejak usia dini? Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial. Nah, sekarang kita memahami mengapa membangun pendidikan karakter anak sejak usia dini itu penting. Usia dini adalah usia emas, maka manfaatkan usia emas itu sebaik-baiknya.

Membangun Keluarga Sehat

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang pemenuhannya bersifat pasti. Sehat dalam pandangan Islam tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam berpikir dan bersikap yang dilandaskan pada akidah Islam. Keluarga sehat bermakna bahwa seluruh anggota keluarga dapat menjalani kehidupan secara sehat, baik yang terkait dengan fisik (makanan, pakaian, rumah dan tubuh) yang pemenuhannya menggunakan pola pikir dan pola sikap berlandaskan akidah Islam. Islam telah menetapkan kewajiban kepada orangtua untuk membangun keluarga yang sehat dan kuat, di antaranya: 1. Kewajiban memberi nafkah kepada keluarga dan anak. Allah Swt. berfirman: وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ Kewajiban ayahlah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. (QS al-Baqarah [2]: 233). Rasulullah saw. bersabda: دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ Satu dinar yang engkau nafkahkan di jalan Allah, satu dinar untuk memerdekakan hamba, satu dinar yang engkau sedekahkan kepada seorang miskin dan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu, maka pahala yang paling besar adalah yang engkau nafkahkan untuk keluargamu. (HR Muslim). Karena ayah mempunyai pahala yang besar dalam memberi nafkah kepada keluarga, maka jika ia tidak mau memberikan nafkah kepada anak-anak dan keluarga, padahal mampu, ia akan berdosa besar. Rasulullah saw. bersabda: كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يَحْبِسَ عَمَّنْ يَمْلِكُ قُوتَهُ Cukuplah seseorang itu berdosa jika ia menahan (nafkah) terhadap orang yang menjadi tanggungannya. (HR Muslim). Di antara nafkah yang wajib diberikan ayah kepada keluarga adalah makanan, pakaian dan tempat tinggal yang baik kepada keluarganya sehingga fisik mereka dapat terhindar dari berbagai penyakit. 2. Menerapkan aturan-aturan Islam terkait dengan makanan, minuman dan tidur. Allah Swt. telah berfirman: يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. (QS al-Baqarah [2]: 168). Hembing mengatakan bahwa tidak ada makanan atau minuman yang dinyatakan haram oleh ajaran Islam, tiba-tiba dinyatakan sehat oleh dunia kedokteran. Survey membuktikan bahwa makanan merupakan faktor yang paling dominan; menduduki 90% dalam menimbulkan hampir semua penyakit yang diderita oleh seseorang, terutama terhadap penyakit jantung, stroke, kencing manis, kanker, asam urat dan jenis-jenis penyakit lainnya. Kehalalan makanan akan berpengaruh, paling tidak, dalam: Pertama, menjaga keseimbangan jiwa manusia yang hakikatnya suci (fitrah) sebagaimana baru dilahirkan ke dunia. Kedua, menumbuhkan daya juang yang tinggi dalam menegakkan ajaran Islam di muka bumi. Ketiga, membersihkan hati dan menjaga lisan dari pembicaraan yang tidak perlu. Keempat, menumbuhkan sikap percaya diri di hadapan Allah. Dengan demikian, kehalalan makanan dalam Islam dan pengharamannya sangat berpengaruh terhadap kesehatan, baik jasmani ataupun ruhani. Rasulullah saw. telah memberikan panduan dalam masalah makanan, yaitu menghindarkan makanan yang mengandung racun dan melarang berlebih-lebihan dalam makan dan minum sehingga melampaui kebutuhan. Rasulullah saw. bersabda: مَا مَلأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلاَتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لاََ مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ Tidak ada suatu tempat yang dipenuhi oleh Anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap saja, asal dapat menegakkan tulang rusuknya. Namun, jika ia terpaksa melakukannya, hendaklah sepertiga (dari perutnya) diisi dengan makanan, sepertiganya dengan minuman dan sepertiganya lagi dengan nafas. (HR Ahmad dan at-Tirmidzi). Rasulullah saw. juga memberikan panduan dalam masalah minuman: لاََ تَشْرَبُوا وَاحِدًا كَشُرْبِ الْبَعِيرِ وَلَكِنْ اشْرَبُوا مَثْنَى وَثُلاََثَ وَسَمُّوا إِذَا أَنْتُمْ شَرِبْتُمْ وَاحْمَدُوا إِذَا أَنْتُمْ رَفَعْتُمْ Janganlah kalian minum dengan sekali tegukan seperti minumnya unta, tetapi minumlah dengan dua atau tiga kali tegukan. Ucapkanlah “Bismillah” jika kalian minum dan ucapkanlah “Alhamdulillah” jika kalian selesai minum. (HR at-Tirmidzi). لاََ يَشْرَبَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ قَائِمًا فَمَنْ نَسِيَ فَلْيَسْتَقِئْ Janganlah salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri. Siapa saja yang lupa, hendaklah ia memuntahkannya. (HR Muslim). Adapun terkait dengan pola tidur, Rasulullah saw. menganjurkan untuk tidur di atas sisi badan sebelah kanan. Sebab, tidur di atas badan sebelah kiri itu akan membahayakan hati dan mengganggu pernafasan. Rasulullah saw., bersabda (yang artinya): Jika kamu mendatangi tempat berbaringmu, berwudhulah sebagaimana kamu berwudhu untuk shalat, kemudian, berbaringlah di atas sisi badan sebelah kanan dan berdoalah. (HR al-Bukhari dan Muslim). 3. Mencegah diri dari berbagai penyakit. Kewajiban para orangtua, pada saat salah seorang di antara anak-anak terkena penyakit menular, adalah mengasingkan anak-anak mereka yang lainnya. Dengan begitu, penyakit itu tidak menular kepada yang lainnya. Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): Larilah dari orang yang berpenyakit kusta sebagaimana engkau lari dari singa. (HR al-Bukhari). Alangkah agungnya panduan Rasulullah ini dalam menjaga kesehatan dari berbagai penyakit. 4. Pengobatan terhadap penyakit. Pengobatan ini berpengaruh sangat besar dalam menolak penyakit dan memproses kesembuhan. Masalah pengobatan ini diperintahkan oleh Rasulullah saw. dalam beberapa haditsnya,di antaranya: لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ Setiap penyakit itu ada obatnya. Jika obat itu mengenai penyakit maka akan sembuhlah dengan Izin Allah ‘Azza wa Jalla. (HR Muslim dan Ahmad). 5. Membiasakan anak untuk berolahraga. Allah Swt. berfirman: وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi. (QS al-Anfal [8]: 60). Rasulullah saw. bersabda: الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada Mukmin yang lemah. (HR Muslim). Untuk melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya itu, Islam menyerukan untuk mempelajari renang, memanah dan menunggang kuda; sebagaimana yang petunjuk Rasulullah saw. (yang artinya): Segala sesuatu yang tanpa menyebut asma Allah adalah senda gurau belaka, kecuali empat perkara: berjalannya seorang antara dua tujuan (untuk memanah), latihan dalam menunggang kuda, bermain dengan keluarganya dan belajar berenang. (HR ath-Thabrani). 6. Membiasakan anak untuk zuhud dan tidak tenggelam dalam kenikmatan. Pembiasaan ini dimaksudkan agar pada masa dewasa nanti, anak-anak dapat melaksanakan kewajiban jihad dan dakwah dengan sebaik-baiknya. Banyak sekali hadis yang memerintahkan untuk hidup sederhana (tidak bermewah-mewah). Rasulullah saw. adalah teladan dalam kehidupan Beliau yang sederhana dalam makanan, pakaian dan tempat tinggalnya, yang harus diteladani oleh generasi-generasi Muslim juga diikuti petunjuk dan sunnahnya. Dengan itu, mereka selalu siap menghadapi berbagai peristiwa yang merintanginya. Sangat banyak contoh yang dapat kita saksikan, bahwa saat umat Islam tenggelam dalam kesenangan, kehidupan mewah dan tergiur oleh kemilau budaya materialistis, maka cepat sekali mereka akan roboh, pasrah terhadap serangan musuh, hilang kesabaran dan jihad di jalan Allah Swt. terasa kecut bagi Muslim.

Bersahabat Dengan Anak


Setiap manusia, tidak terkecuali anak, membutuhkan sahabat dalam hidupnya. Anak membutuhkan sahabat untuk bermain, berinteraksi dan berbagi cerita tentang pengalaman sehari-hari. Sahabat bisa membuat anak lebih terbuka karena posisi mereka sejajar, bisa saling mengisi, sekalipun sering diselingi pertengkaran. Karena itu, sahabat penting untuk anak karena membuat mereka banyak belajar dan merasa senang. Bersahabat dengan anak, merupakan salah satu bentuk pola pengasuhanyang dapat diterapkan orangtua dalam pendidikan anak. Dalam kesehariannya, anak-anak tidak hanya membutuhkan orangtua sebagai teladan, tetapi juga membutuhkan sosok sahabat yang bisa menjadi partner dalam dunianya sehingga ia merasa senang, ceria dan nyaman dengan diri dan lingkungannya. Sebagai sosok yang terdekat dengan anak, orangtua harus bisa berperan dan memposisikan diri sebagai sahabat mereka. Sebagai sahabat, semestinya orangtua akan bisa menjadi teman yang menyenangkan buat anak, membantu menyelesaikan masalah, mengingatkan kalau berbuat salah atau hanya sekadar tempat menumpahkan keluh-kesah, bertukar pengalaman dan sebagainya. Mengapa Perlu Bersahabat dengan Anak? Teman tidak selamanya dapat memberikan nasihat yang terbaik buat anak, apalagi jika mereka masih anak-anak atau remaja. Teman yang dipilih anak ada kalanya bukan teman yang baik, kadang malah menjerumuskan anak. Bersahabat dengan anak, membuat kita sebagai orangtua akan semakin mudah memahami sifat dan karakter anak, kekurangan dan kelebihannya serta kebiasaan baik dan buruk anak. Dengan begitu kita bisa mengoptimalkan potensinya dan memperbaiki kekurangan anak. Bersahabat dengan anak juga akan meringankan orangtua karena biasanya ia akan bercerita kepada kita tentang apa saja yang dialami. Semestinya orangtua adalah sosok pertama yang didatangi jika anak mengalami masalah. Maka dari itu, mulailah bersahabat dengan anak sejak dini. Jangan tunggu sampai anak besar. Berapapun waktu yang tersisa di sela-sela kesibukan orangtua harus dimanfaatkan dengan benar. Semakin dini hubungan terjalin, semakin baik bagi perkembangan hubungan dan mental anak. Komunikasi yang lancar dan harmonis antara orangtua dan anak akan memudahkan orangtua dalam menerapkan pola dan metode pengasuhan dalam pendidikan keluarga. Komunikasi merupakan jalan untuk menumbuhkan pengertian dan kepercayaan sehingga hubungan orangtua anak lebih terbuka dan harmonis. Kepercayaan dari anak ini sangat berarti hingga ia besar nanti. Saat ia menghadapi masalah ia akan menjadikan orangtua sebagai tempat curahan hati dan berbagi beban. Pemahaman, pengertian, kepercayaan dan jalinan komunikasi yang lancar merupakan modal utama kekuatan sebuah hubungan, termasuk hubungan orangtua dan anak. Rasulullah saw. memberikan teladan bagi kita bagaimana beliau sangat dekat dengan anak-anak. Rasulullah saw. biasa menemani anak-anak dalam banyak kesempatan. Suatu saat menemani Ibnu Abbas berjalan berdua. Pada kesempatan lain menemani keponakannya, Ja’far. Kadang-kadang beliau juga menemani Anas. Menjadi hak anak, mendapatkan pendampingan dari orangtua. Kiat Menjadi Sahabat Anak Pertama: Jadilah pendengar yang baik dan aktif untuk anak sehingga ia merasa dihargai dan dicintai. Berikan respon positif dan logis ketika anak bercerita atau curhat, karena kitalah sahabat terbaik mereka. Ajukan pertanyaan-pertanyaan seputar ceritanya, tetapi jangan sampai membuat privasinya terusik dan terganggu. Berikan saran atau pendapat yang bisa ia mengerti sebagai anak-anak. Tidak sedikit orangtua yang memaksakan anaknya untuk selalu menerima pendapat atau jalan pikiran sendiri. Tanpa sadar, orangtua sering menerapkan komunikasi satu arah, orangtua bicara, anak harus mendengar. Apapun yang mereka katakan, sebaiknya perlihatkan bahwa kita menghargai pendapatnya. Setidaknya beri anak kesempatan untuk mengungkapkan pikiran dan tunjukkan bahwa kita mendengarkan. Bangun rasa saling pengertian; masing-masing pihak berusaha memahami sudut pandang pihak lain. Di sini, lagi-lagi orangtua yang harus mengawali. Kedua: Libatkan diri kita dalam kegiatan dan dunia anak. Seorang sahabat akan berupaya memahami apa yang disukai dan tidak disukai sahabatnya. Sebagai sahabat, orangtua harus mampu menyelami dunia anak. Temani dan dampingi anak ketika bermain. Pahami kebiasaan-kebiasaan yang ia lakukan saat bermain. Perhatikan pola bermain anak. Ajaklah anak berbicara secara aktif agar kecerdasannya terstimulasi secara efektif.Sekali waktu Rasulullah saw. pernah lama sekali sujud dalam shalatnya. Salah seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lama sekali sujud hingga kami mengira ada sesuatu kejadian atau Anda sedang menerima wahyu.” Nabi Muhammad saw. menjawab, “Tidak ada apa-apa. Aku ditunggangi oleh cucuku, maka aku tidak mau tergesa-gesa sampai dia puas.” Anak yang dimaksud ialah Hasan atau Husain. Ketiga: Berikan teguran secara proporsional dan rasional. Ketika anak berbuat salah, tegur ia dengan sikap tidak menghakimi. Jangan mengekspresikan kemarahan berlebihan yang akan membuat dirinya tertekan dan merasa direndahkan. Hal ini akan berdampak negatif terhadap perkembangan kepribadiannya. Suatu ketika seorang anak kecil dibawa kepada Nabi Muhammad saw. untuk didoakan dan diberi nama. Anak tersebut dipangku oleh beliau. Tiba-tiba anak itu kencing, lalu orang-orang yang melihatnya berteriak. Beliau berkata, “Jangan diputuskan anak yang sedang kencing, biarkanlah dia sampai selesai dulu kencingnya.” Beliau pun berdoa dan memberi nama, kemudian membisiki orangtuanya supaya jangan mempunyai perasaan bahwa beliau tidak senang terkena air kencing anaknya. Ketika mereka telah pergi, beliau mencuci sendiri pakaian yang terkena kencing tadi. Keempat: Berikan pujian untuk setiap keberhasilan yang dia raih agar ia merasa dihargai dan termotivasi. Rasulullah saw. senang bermain-main dengan anak-anak dan kadang-kadang beliau memangku mereka. Beliau menyuruh Abdullah, Ubaidillah, dan lain-lain dari putra-putra pamannya Al-Abbas ra. untuk berbaris lalu berkata, “Siapa yang terlebih dulu sampai kepadaku akan aku beri sesuatu (hadiah).” Lalu mereka pun berlomba-lomba menuju beliau, kemudian duduk di pangkuan beliau. Rasulullah saw. kemudian menciumi mereka dan memeluk mereka. Berikan penghargaan atas semua perbuatan baik yang dilakukan oleh anak walaupun hanya sekadar pujian, ciuman atau pelukan. Dengan begitu, anak belajar untuk menghargai dirinya sendiri dan akan berusaha keras untuk menjadi yang terbaik demi menyenangkan hati orangtuanya. Kelima: Berikan kepercayaan kepada anak. Dalam persahabatan ada kepercayaan dan penghargaan atas kemampuan sahabatnya. Sesekali biarkan anak mencoba sendiri hal-hal yang ingin dia lakukan, asal tidak membahayakannya, seperti mandi dan makan sendiri atau mencoba permainan baru. Cara ini dapat menumbuhkan kepercayaan dirinya, tidak selalu bergantung kepada orang lain, merasa dihargai dan bisa mandiri. Dengan penghargaan dan kepercayaan, kemampuannya akan lebih berkembang. Keenam: Jadilah orangtua yang menyenangkan buat anak. Orangtua yang menyenangkan akan membuat anak merasa aman dan nyaman di dekatnya. Dengan begitu, ketika memberikan pemahaman kepada anak tentang suatu hal, maka anak dengan mudah dan enak akan memahami dan menerima. Komunikasi akan berjalan baik jika anak merasa aman dan nyaman saat berdekatan dengan orang tuanya. Bila anak sudah merasa aman atau nyaman berkomunikasi dengan kita, maka ia akan lebih terbuka. Ketika melakukan kesalahan, biasanya ia akan dengan sukarela mengaku pada orangtuanya. Sebaliknya, kalau mereka sudah takut dan merasa terancam, maka komunikasi pun tidak akan berlangsung baik. Ketujuh: Jangan malu mengakui kesalahan atau kekurangan diri. Jangan ragu untuk belajar kepada anak jika memang mereka memiliki ilmu yang belum kita miliki. Orangtua, harus selalu siap dikoreksi. Kedelapan: Ungkapkan rasa sayang. Katakan bahwa kita mencintai dirinya, bagaimanapun keadaannya. Tunjukkan pula dengan sikap sehingga jika anak sedang berbuat salah, ia tak perlu ragu mengakuinya kepada kita. Dengan berusaha menjadi sahabat, insya Allah orangtua akan menjadi lebih dekat dengan anak. Bila anak merasa dekat dengan orangtua, proses pendidikan juga insya Allah akan berjalan lebih lancar. Anak tidak merasa takut atau terbebani. Anak akan lebih mudah menerima arahan orangtua, sedemikan sehingga harapan orangtua agar anaknya kelak tumbuh menjadi anak yang shalih, seorang pejuang Islam terpercaya, insya Allah juga akan mudah diwujudkan. AlLahu a’lam. (www.baitijannati.wordpress.com)

Kamis, 09 Agustus 2012

Cara mendidik anak secara islami

Membangun keluarga dan mendidik anak secara islami, beberapa hal yang perlu dilakukan adalah:
Menyediakan fasilitas dan membangun keluarga yang
o Ta’aruf : mengenal karakter masing2 anggota keluarga
o Tafahum: saling memahami
o Ta’awun : saling menolong
Menjaga keluarga dari api neraka
Keluarga yang sholeh dan sholehah. Bagaimana membuat program dari awal pernikahan, merencanakan mempunyai anak, mengandung dan melahirkan anak serta membangun keluarga.

Dalam alQuran dijelaskan di Surat Lukman ayat 13-19, mengenai konsep Alquran mengenai mendidik anak secara islami, 7 Ayat Surat Lukman ini tidak mudah untuk menjalankan.
Ayat ini menjelaskan:
- Membangun keiimanan. Yang paling utama adalah Akidah. Pelajaran jangan menyekutukan Allah. Diawali dengan meng Azankan anak pada saat anak lahir. Lafal Allah didengarkan di telinga anak, dan untuk rasa, diawali dengan memberikan sedikit Kurma dan Madu.
- Mensyukuri nikmat Allah. Walaupun diberi sedikit selalu melafalkan “Alhamdulillah”
- Berbuat baik pada orang tua. Introspeksi diri, apakah kita sudah berbakti pada orang tua.
- Menyusui anak hingga 2 tahun
- Mengajari kejujuran
- Mengajari anak sholat, karena sholat adalah tiang agama.
Bagaimana agar anak terbiasa menjalankan sholat:
o Doakan anak (surat Ibrahim 20-21)
o Membiasakan untuk sholat berjamaah, anak yang sudah besar menjadi imam.
o Wudhu dan sholat diajarkan sejak umur 7 tahun.
o Menyempurnakan sholat dengan rawatib. Bukan sekedar sholat saja, tapi diusahakan juga berdzikir bersama, membaca Alquran bersama keluarga.

- Melatih anak untuk sabar dalam menghadapi musibah. Tugas seorang ibu, membantu anak bisa sabar. Contoh kecil; jika anak kehilangan mainan, ajarkan anak untuk bersabar, dan jelaskan.
- Mengajari anak agar tidak sombong.
- Mengajarkan anak kesederhanaan dan melunakkan suara pada saat berbicara pada anak.

Bagaimana Rasulullah mendidik Anak?
1. Anak itu merupakan asset masa depan, maka mendidik anak harus secara benar. Terutama mendidik anak lelaki, karena mereka adalah calon pemimpin. Hadist Ibnu Abbas: “Ajarilah, Mudahkanlah, Gembirakanlah dan Janganlah ditakut-takuti”
2. Memberikan keteladanan atau contoh yang baik kepada anak.
3. Memilih waktu yang tepat dalam menasehati anak. Misalnya pada saat jalan2 atau pada saat makan malam bersama.
4. Memelihara anak dengan bermusyawarah, jangan memaksa, ajak diskusi.
5. Mendoakan anak
6. Memberikan mainan yang memancing kreatifitas anak.
7. Menolong anak agar berbakti pada orang tua.
8. Tidak banyak mencela/memaki anak. Jangan mengatakan sesuati yang tidak baik pada anak.
9. Banyak berdoa untuk kebaikan anak.
10. Memperhatikan gizi anak, karena berpengaruh penting untuk perkembangan anak.

Dalam surat Al Kahfi ayat 10, terdapat do’a untuk menenangkan hati dan terlepas dari kesulitan.

Tanya Jawab

- Bagaimana melunakkan hati anak?
Berdoa diwaktu yang makbul misalnya; setelah habis sholat fardhu, menjelang buka puasa. Banyak beristighfar, sholawat dan doa orang tua.
Sebut nama anak dalam do’a2 kita.
Jika anak akan menempuh ujian, doakan” Berilah kemudahan, kelulusan dan sempurnakanlah dengan nilai2 yang bagus”

-Hadist Ibnu Abbas yang menjelaskan untuk tidak menakut-nakuti anak, pada kenyataannya, Bagaimana kalo anak sulit sekali diajak sholat seringkali orang tua menakuti dengan ancaman2?
Jika anak sudah baliqh, wajib untuk menjalankan sholat tidak apa2. Tapi akan menjadi baik, jika anak dilatih untuk membiasakan diri melakukan sholat. Dan ibu jangan pernah bosan untuk menasehati anak.

Sharing pengalaman dari perjalanan ruhiyyah oleh bu Nur Adnan dan bu Ayu.

Bu Ayu menceritakan bagaimana nikmatnya ibadah haji . Di hadapan "rumah" Allah itu, bu Ayu merasakan bahwa Allah telah membuktikan akan Maha Halus dan Maha Mengetahuinya Allah. Semua yang terselubung didalam hati, Allah mengetahuinya. Beberapa kali keinginan bu Ayu yang tersimpan dilubuk hati terdalam, Allah jawab dengan nyata. SubhanaLlah. ..

Dari pengalaman yang bu Ayu rasakan, diperlukan modal keikhlasan dan kepasrahan sepenuhnya kepada Allah dalam memenuhi panggilan Allah tsb. Semenjak dari airport keberangkatan, tidak henti2nya bu Ayu dan suami, beristighfar dan memohon ampun kepada Allah.

Bu Nur Adnan juga menambahkan, fisik yang kuat/sehat sangat dibutuhkan. Nasehat beliau, bahwa usahakan kita dapat berangkat haji di usia muda, Insya'Allah, akan lebih memudahkan gerak kita.Bu Ayu mengingatkan, ada beberapa hal, yang tampaknya sepele, tetapi akan kita butuhkan selama di sana, yaitu:
1. Al Qur'an kecil dan buku2 doa, yang sangat bermanfaat untuk mengisi waktu kita pada saat menunggu diantara waktu sholat.
2. Snack bar
3. Permen pedes. Sebab, hampir semua orang terkena batuk, sehingga permen pedes ini, dapat membantu.
4. Tas kecil yang dapat diselempangkan di badan untuk membawa pernak pernik tsb.
5. Perlunya membawa kaos kaki cukup banyak, karena dalam 2 hari, biasanya kaos kaki sudah menghitam.
6. Tas buat menyimpan sepatu. Bu Ayu menyarankan sebaiknya jangan pakai tas plastik kresek, lebih baik, pakai tas dari bahan kain, yang biasa digunakan sebagai pembungkus tas baru. Karena akan lebih pantas kita letakan disamping kita pada saat sholat, daripada pakai tas kresek.
7. Lebih nyaman menggunakan baju2 yang panjang/jubah/ gamis. Malu juga bila kita menggunakan baju+celana panjang.
8. Masker. Walaupun disana banyak dijual, tapi daripada mesti nyari2 dulu, lebih baik bawa dari sini.
9. Kaca mata hitam, untuk menahan panas dan debu.

============
Catatan:
Surat 31; Luqman (12-19)
NASIHAT LUQMAN KEPADA ANAKNYA.
***31:12*** 12. Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
***31:13*** 13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
***31:14*** 14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun [1181]. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
[1181] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
***31:15*** 15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
***31:16*** 16. (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus [1182] lagi Maha Mengetahui.
[1182] Yang dimaksud dengan "Allah Maha Halus" ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya.
***31:17*** 17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
***31:18*** 18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
***31:19*** 19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan [1183] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
[1183] Maksudnya: ketika kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat.
next page